JURNALELITE.CO.ID, BATANGHARI – Mari memetik pelajaran hidup dari filosofi nyetir di jalan raya. Nyetir Kahidupan!. Pelajaran 1 : Cek kesiapan anda dan kendaraan. Ini penting agar tidak rusak saat di perjalanan. Ini hanya usaha atau ikhtiar namun keputusan tetap pada Allah. Hidup juga begitu, kita harus berusaha sehat dengan menjaga kesehatan. Selalu prima dari pikiran hingga perbuatan biar nyetirnya enjoy.
Pelajaran 2 : Konsentrasi penuh. Sedikit saja anda lengah, tidak hanya mencelakakan diri, kendaraan, orang-orang bersama anda, tapi juga orang lain. Jangan keluar dari jalan.
Hidup juga begitu, berjuanglah penuh konsentrasi dan penuh opyimisme. Hidup anda tidak hanya untuk anda tapi ada begitu banyak orang yang mengharapkan prestasi dan kesuksesan anda. Jangan lakukan hal-hal yang keluar dari koridor dan ketentuan Allah. Berbahaya!
Pelajaran 3 : Lihat ke depan, ke samping (spion), ke belakang (spion tengah). Di jalan kita tidak sendiri. Ada orang lain yang sedang berpacu dengan tujuan masing-masing. Kadang kita harus mendahului, kadang kita didahului. Biasa saja. Jangan sakit hati. Itulah hidup. Kita tidak selalu harus di depan. Kadang kita harus memberi kesempatan kepada orang lain. Pandai-pandai membaca kesempatan, tapi jangan menghalalkan segala cara.
Pelajaran 4 : Mobil kita tidak sama dengan mobil orang. Boleh saja merek, cc, tahun pembuatan, warna, dan lain-lain sama. Sama persis. Tapi yakinlah, kecepatannya tidak akan sama. Cara mengendarainya tidak sama. Cara memeliharanya tidak sama. Itulah hidup, jangan samakan hidup kita dengan orang lain jika tidak ingin stres.
Bersyukurlah atas apa yang kita miliki. Ingat, tujuan kita pun juga tidak penah sama.
Pelajaran 5 : Perlu istirahat. Kekuatan fisik kita terbatas. Jangan ngoyo. Kita butuh istirahat. Itulah hidup. Sesekali kita perlu ‘istirahat’ untuk evaluasi perjalanan hidup. Kita sudah sampai di mana? Sudahkah kita di rute yang benar untuk sampai pada tujuan yang diinginkan? Jika ternyata kita salah jalan, jangan terusin karena kita tak akan pernah sampai pada tujuan.
Oleh : Bahren Nurdin